Seperti diayun
ketidakpastian yang mengetuk ranting patah. Kupapah cintamu pada arakan
awan yang tertutup mendung. Tertatih menuju rumah hatimu. Diam dibelit
maya. Terbang rendah di antara nalar jiwa yang tak kompromi. Mencintaimu
tanpa aku bertanya lagi. Aku selalu rela mencintaimu. Akan terus kuburu
potongan hatimu meski entah di mana bersembunyi.
Cintamu
datang. Menghalau segala pandangku dari kesedihan. Terang senyummu
membelenggu setiaku pada kepatuhan. Kebisuanmu menjadi napas yang
tertinggal. terengah menyudutkan inginku. Kemana gerangan jejakku
berhenti kalau tidak di hatimu. Tak kulihat lagi tanah landai untukku
berpijak selain di daratan cintamu. Aku hanya ingin meyakinkan bumi.
Biar tak ada lagi harapan yang tersembunyi.
Hingga
kata-kata tak mampu bicara. Geliat desah manja menguap tanpa sengaja. Di
jemari pagi, kutilas lagi terpenjaranya diri pada cintamu. Akan kujaga
cinta ini di setiap lajunya. Mengendus setiap inci keindahannya lalu
menciumnya sampai kutiada. Cintaku tumbuh di timang ragu yang mengecup
ketidakberdayaan. Redup janjimu mengemuka di batas penantianku yang
mulai kelelahan.
Aku catat kepergianmu pada embun pagi
yang lembap. Membuatku jatuh lunglai tak berdaya. Menggapai cintamu yang
tinggal bayangan semu. Menyeka segala lara yang menguntit pada malam
gelap. Merobek indahnya cerita mencintai dan menantimu yang tak kunjung
nyata. Rindu yang kurunut pada deretan hari tak jua menjemput nyata.
Harus dengan apa aku membuktikan tulusnya cintaku, agar kau percaya...
Pertemuan
yang kupilih sebagai pembunuh rindu hanya menyapu sia-sia. Lidahmu
kelu, tak menjawab gelisahku. Tak kudengar bisik lembutmu merambah
sepiku. Menyudutkanku di batas gelisah yang mengunyah luka, satu demi
satu. Berjalanku di titik jemu. Menggulung setiap cerita tanpa arti.
Beginikah rasanya patah hati? Hanya ada kekosongan dan selebihnya adalah
udara yang berembus penuh emosi.
Inikah patah hati.
Ketika segalanya terasa kosong. Dan ruang batin kalap ditebas
kebisingan. Tak terendus oleh getar dada yang berdebam. Jiwaku tak
terusik desah napas yang membawa kebahagiaan. Hanya ada mata yang
menusuk titik hitam. Kehilanganmu mengusir mimpi indahku.
Yang
Merindumu.
By, Js. Yadi Sunda
0 komentar: